Aurora Boraelis

Aurora Boraelis

By : Adik J

 

Dinara Boraelis Sudarso, seorang gadis cilik yang tengah duduk dikelas 5 SD disalah satu sekolah swasta elite di kawasan Jakarta Timur. Nama tengahnya Borealis adalah nama jenis aurora dikutub utara. Ayahnya adalah seorang aurora hunter yang bekerja sebagai peneliti disebuah lembaga international di Norwegia. Sejak lahir sampai usia 5 tahun dia tinggal di Oslo, Norwegia. Setelah itu ayahnya dipindah tugaskan kembali ke Indonesia, namun tiap enam bulan sekali ayahnya kembali ke Norwegia untukmelaporkan hasil risetnya diIndonesia.

Hari ini Nara kesal dengan bundanya, karena keinginannya untuk mempunyai ipad baru tidak terpenuhi. Sebetulnya, bundanya bisa saja membelikannya , tapi masalahnya baru sebulan yang lalu Nara mendapat hadiah ipad dari ayahnya. Bunda hanya ingin Nara tidak menjadi anak yang manja, yang semua keinginannya harus terpenuhi.

Nara memutuskan untuk kabur dari sekolah hari ini, dia bersembunyi dikamar mandi ketika sopir pribadi yang menjemputnya datang kesekolah. Dia sengaja ingin membuat panik bundanya supaya keinginannya terwujud. Setelah berhasil kabur dari pak Aryo, sopir pribadinya, Nara memutuskan ingin berpetualangan hari ini. Dia teringat selama ini ingin sekali naik busway, salah satu transportasi yang terkenal di Jakarta, tapi tidak pernah di izinkan dengan alasan berbahaya. Maklum Nara adalah anak semata wayang yang selalu diperlakukan super protective oleh bundanya.Nara merogoh saku bajunya, dia temukan uang lima ribu rupiah sisa uang jajannya hari ini. ‘Hmm sepertinya cukup buat petualanganku hari ini‘pikirnya polos. Dengan langkah mantab, dia menuju halte busway terdekat dikawasan Cawang. Karena baru pertama kali naik angkutan umum, dia bingung harus bagaimana, bahkan dia tidak tahu bagaimana caranya memberi tiket kalau saja petugas penjaga loket tidak memberitahunya.Nara menggegam erat tiket yang sudah ada ditanganya, jiwa petualangannya naik 100% dari sebelumnya, membuatnya makin mantab dengan pelarian ini.

Hendak kemana? nah itu masalahnya, Nara tidak tahu harus kemana. Dia asal saja naik busway yang berhenti dikoridor, tanpa tahu jelas arah tujuannya. Nara turun dikoridor busway di Grogol karena itu pemberhentian terakhir untuk jurusan PGC_Grogol. Tidak tak tahu hendak kemana, dia hanya berjalan mengikuti kerumunan orang. Disepanjang koridor busway yang dia lewati, dia melihat banyak pengemis, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Nara menghentikan langkahnya, ada yang menarik perhatiannya, dia melihat pemandangan yang jarang sekali dia temui sebelumnya. Banyak orang tidur begitu saja disepanjang luar koridor dengan hanya beralasan kardus, terlihat sangat kumuh dan kotor, baju dan perlengkapan rumah digantung dimana-mana bahkan ada bayi juga yang tidur ditumpukan kardus itu. Dia juga melihat beberapa anak kecil yang sedang mandi dipinggir sungai yang sangat kotor, mereka tertawa dengan riang sambil main air. Nara tidak mengerti mengapa mereka begitu bahagia.

WOY !!!, jangan ngalamun!!” teriakan itu mengagetkannya. seorang anak lelaki sebaya dengannya sedang berdiri tepat dibelakangnya yang hanya terhalang pagar besi pembatas koridor.

“Kamu ngapain bengong disitu?”

Oh,” Nara cuma nyengir, dibalas senyum oleh anak itu.

Hey, kenalkan aku Acang, penguasa kawasan disini!!” Acang membusungkan dadanya sambil mengarahkan jempol kedadanya kemudian mengulurkan tangannya ke Nara.

Dengan ragu-ragu Nara menyambut uluran tangan itu.

Aku Nara” jawabnya lirih, agak takut.

Hey Nara, kau tak usah takut padaku,  aku baik kok, hehehe” Acang terkikih sambil mengacak-acak rambutnya sendiri “ Ngapain kamu disini?” tanyanya.

Hmm, itu rumahmu,?”Nara tak menjawab pertanyaan Acang malah menujuk setumpukan kardus dibelakang Acang, ada seorang bayi juga disitu.

Yup!! home my sweet home, rumah kardus terindah sepanjang sejarah hahaha” Acang tertawa, seperti tidak ada beban dipundaknya, walau hidupnya susah, tapi dia terlihatbersyukur dan menikmatinya. “itu adikku,namanya Sekar, baru berusia lima bulan, hari ini aku bertugas menjaganya, soalnya mamak dan abah sedang mulung sampah

Nara mengernyitkan dahinya,“tapi kan tempat ini kotor dan bau, itu juga tidak terlihat seperti rumah, kamu gak takut sakit?” tanya Nara polos, dia menggidik ngeri membayangkan jika dia tinggal ditempat seperti itu.

Kotor, hanya perasaanmu saja Nara, tempat ini memang kotor tapi indah buatku, jauh lebih indah daripada rumah para koruptor disana. walau aku tak dilahirkan seberuntung mereka, tapi aku sangat bahagia, Allah beriku mamak, abah dan adik yang sangat kusayangi. Rumah bisa dimana saja asal kami bersama, itulah rumah buat kami. hahaha” Acang menjelaskan panjang lebar dengan wajah bahagia dan bangga, Nara bengong tidak mengerti, anak ini unik dan luar biasa menurutnya.

Ya disini, di atas karduslah Acang dan keluarganya tinggal, dibawah salah satu jembatan layang Jakarta, disamping sungai yang bisa meluap sewaktu-waktu dan menggusur rumahnya seketika. Tapi dia selalu bahagia dan bersyukur karena itulah yang diajarkann mamak dan abahnya. Tuhan maha adil, dengan selalu memberikan kebahagiaan untuk orang-orang yang menginginkannya.

Sebaliknya, selama ini Nara selalu menganggap rumahnya sebagai penjara, karena bunda melarangnya kemana-kamana. Padahal makanan lezat, pakaian bagus dan sejuta fasilitas mewah selalu dia dapatkan dengan mudah tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu seperti Acang.

kamu sekolah dimana Acang?” tanya Nara tiba-tiba.

Mamak tak mampu menyekolahkanku disekolah umum seperti kamu Nara, tapi aku tetap sekolah kok. Sekolah yang luar biasa Nara, dengan mata pelajaran yang lengkap dan gratis lagi, dan tak perlu gedung, aku menyebutnya sekolah kehidupan, sekolah terbaik sepanjang masa” jawabnya

Sekolah kehidupan?, Wow, sepertinya keren, lalu bagaimana kamu belajar membaca dan menulis, serta darimana kamu mendapatkan buku-buku itu” nara menunjuk setumpuk buku dekat adik Acang tidur.

Setiap Sabtu dan Minggu ada kakak-kakak yang baik datang kesini, mengajari anak-anak jalanan sepertiku membaca dan menulis, mereka juga memberi banyak kita buku-buku. aku sukasekali dengan mereka

Nara terdiam, mendengar penjelasan sahabat barunya itu tentang kehidupan, sekolah kehidupan, unik dan menarik bahkan belum pernah dia tahu sebelumnya. Rasanya dia ingin menangis. dia benar-benar kagum dengan sahabat barunya ini.

tiba-tiba nara teringat sesuatu, dia mengambil HP yang dari tapi sengaja dia mantikan, agar bunda tidak bisa menghubunginya. Nara mengetik sesuatu, lalu  mengirimnya ke seseorang diseberang, bunda, “maafkan Nara bunda, maafkan Nara yang kurang bisa bersyukur, Nara sayang bunda.” pesan singkat tapi penuh makna, tanpa sadar beberapa butir air matanya jatuh membasahi pipinya.

Satu hal yang dipelajari Dinara hari ini, kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. kebahagiaan selalu ada disekitar kita jika kita mau, itu semua gratis.Hari ini Nara mendapatkan kebahagiaan dan pelajaran baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, sahabat baru dan pengalaman yang luar biasa. dia ingin berubah untuk jadi lebih baik dan bermanfaat buat orang yang membutuhkan. Seperti namanya Boraelis, nama aurora dikutub utara, cahaya yang selalu memberikan kebahagiaaan bagi setiap orang yang melihatnya di tengah dinginnya udara kutub. Itu janjinya dalam hati. Terima kasih  Acang ^.^

Tinggalkan komentar